“Nin, denger aku dong kalau aku lagi ngomong. Anin!” Anin terhenyak, mengalihkan pandangannya kearah cowok yang duduk dihadapannya. Oke, tadi dia bilang apa? “Apa, Tam?” tanya Anin tak peduli. Ia melirik ponselnya yang berkedip, tangannya gatal ingin membuka pesan masuk dan segera membalasnya. “Hapenya letakkin dulu, Nin. Jangan gitu dong, aku ngomong dari tadi nggak kamu dengerin sama sekali.” Tama mengulurkan tangannya dan melirik ponsel digenggaman Anin, menaikkan alisnya kemudian menggerakkan jari-jarinya. Dengan berat hati Anin memberikan ponselnya pada Tama dan bernafas lega melihat cowok itu memasukkan ponselnya kedalam saku celana, tidak memeriksanya sama sekali. “Maaf, Tam,” kata Anin pelan, walaupun dalam hati tidak begitu merasa bersalah. Tama mengangguk dan menatap Anin tajam selama beberapa detik. Keduanya hanya diam selama beberapa saat hingga akhirnya Tama memutuskan untuk berbicara. “Anin kenapa, sih?” “Kenapa apanya?” Anin bertanya balik dan berusaha tidak m...
Comments
Post a Comment