Posts

Showing posts with the label sastra

Sajak Altruisme

Aku ingin mengagumimu pada bulan yang menjadi sahabatku Aku ingin menyanjungmu, hingga waktu merasa penat karena semua adalah tentangmu Aku tak akan pernah malu untuk mengakui bahwa aku memuja pesonamu Diriku, mungkin tak akan pernah sempurna jika bukan bersamamu Biar kudengar bisikan dari kejauhan yang merasa berhak untuk merebut keajaiban  Tapi, kamu tetaplah kamu yang memabukkan sehingga aku tak mungkin menjauhi belaian Bersediakah kamu kuceritakan pada seisi semesta?  Bolehkah kubuka segala keindahanmu yang tercipta tanpa cela? Kan kubuat seluruh makhluk ikut bercerita tentang indahnya dirimu, pada duka hingga ceria (oleh: Naura Hafiza A)

"Resah"

RESAH (Naura Hafiza Ainayyah) Ada resah yang tak terdefinisikan Tiap langkah kulihat kamu Namun jauh, aku tak mampu Ada resah yang menggelora Kupikir aku 'tlah lupa Namun, satu waktu hadirmu hancur sudah pertahananku Bolehkah kutumpahkan segala resah yang ingin kubakar? Biarkan aku menguburnya bersama bunga tanpa gelisah Bolehkah kutumpahkan kala hujan mengguyur kota? Di belakang roda hitam tangan mengerat genggaman kuat seraya sungai di pelupuk menderas Ada resah yang menuntut menyadari hatinya tak lagi terpaut Kala senja ia mematut Tak pelak pagi pun mematut Bolehkah aku resah? Kala tiada yang kucinta Bolehkah aku gelisah? Kumohon, kembalilah Ungaran, 16 Nov 2018, 9PM untuk J.

Gaze Part.3

Baca sebelumnya : Gaze Part.2 Part 3 “Nay, aku kesana dulu, ya.” “Oke, bentar lagi aku nyusul, Rin,” jawabku kepada Rina. Rina berjalan menuju tempat makan yang berada tepat disamping lembaga kursusku. Bisa dibilang seperti warung makan, disini tidak ada rumah makan; kebanyakan rumah kecil atau pondok yang disulap menjadi tempat makan berukuran lebih besar dari warung makan dengan menu yang lebih bervariasi. Rina adalah temanku satu sekolah. Aku memang tidak sendirian pergi kesini, tepatnya bersama tiga teman; Rina salah satunya dan dua diantaranya laki-laki. Biasanya kami berempat berkumpul hanya saat di kelas atau kadang-kadang saat kami memutuskan untuk makan bersama. Selain dari itu, aku dan Rina mengerjakan apapun bersama teman satu dorm, begitu juga dengan mereka berdua. Rina adalah alasan mengapa tadi malam temanku yang lain tiba-tiba memotong pembicaraanku dengan si kacamata. Sebenarnya bukan karena sedang tidak enak badan, tapi karena mood Rina yang memburuk. Seja

English Drama: At The Cafe

This is just a simple drama for english assignment. Don't take this drama too seriously, just for fun ok!  One day in a beautiful town… There’s a famous cafĂ© with a good service. They have comfort place, cozy atmosphere, delicious food, and many more. Rama and Putri—a new couple—go there for dating. This is the story…… (Pelayan menyapu lantai) A : OMG! It’s so hot today. Why there’s no one come to this cafĂ©? (tiba-tiba sepasang couple datang) A : Yes! Finally, there’s costumer! R : We’ll eat here, darling. I hear that the food is so delicious. P : Are you sure? Is it healthy here? I wanna eat expensive food! A : (mendekati P) Don’t worry, honey. Our cafĂ© is having a good quality and expensive food! R : How dare you calling my babe like that! A : Eh.. sorry, sir. I didn’t mean to said like that. (R & P duduk) R : You’re so beautiful today. P : Of course. Don’t you realize that I’m using a new lipstick? R : Really? That’s good for you.

Gaze (Part 2)

Baca sebelumnya: Gaze part 1 . ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Karena datang di detik-detik terakhir kelas dimulai, aku dan beberapa temanku lagi-lagi harus duduk dibangku paling bawah sekaligus paling depan. Bangku di kelas multimedia memang disusun seperti tangga disisi kanan dan kiri—‘tangga’ di kanan untuk para cewek dan ‘tangga’ di kiri untuk para cowok—dengan proyektor besar disisi utara ruangan berukuran sedang tersebut. Kelas hari ini dibuka dengan satu per satu murid disana maju untuk mempresentasikan film kemarin. Aku bernafas lega saat mendengar newcomers tidak diikutsertakan untuk presentasi hari ini. Satu per satu telah maju, giliran selanjutnya tergantung siapa nama yang disebutkan oleh presentator sebelumnya. Tiba-tiba si pemberi-pena-kemarin berdiri karena mendapat giliran untuk maju kedepan. Oh, berarti namanya barusan disebutkan, tapi sepertinya aku tidak ingat namanya siapa… atau tepatnya tidak mendengar. Dan aku baru sadar kalau dia duduk tak jauh dariku seperti

"Gaze" (Part.1)

Lagi-lagi mata kami tak sengaja bertemu. Aku tidak tahu dia siapa, aku tidak mengenalnya sama sekali dan ini kali pertama aku melihatnya. Tadi kami tak sengaja saling bertatapan; tapi tidak sampai sedetik. Dan ini kali kedua kami saling bertatapan. Dia duduk didepanku—tidak tepat didepanku, sih, tapi jaraknya tak begitu jauh. Saat ini kami sedang mengikuti kelas multimedia disalah satu lembaga bahasa yang terdapat di Kampung Inggris, Pare—aku menghabiskan waktu disana selama liburan sekolah. Tapi yang jadi masalah, ini pertama kalinya aku dan beberapa temanku mengikuti kelas multimedia—yang diadakan setiap malam hari—dan kami sama sekali tidak tahu kalau kami membutuhkan kertas dan pena. Kertas dan pena… eh, atau pensil—atau apapun itu yang bisa digunakan untuk menulis. Dan disinilah aku, si murid baru yang tidak punya benda-untuk-menulis. Tadinya aku ingin meminjam, tapi betapa kasihannya aku karena tidak menemukan pinjaman pena. Yap, hal inilah yang menyebabkan pandanganku te

Kumpulan Pantun 11 IPA 1

Pantun (Puisi Lama) menjadi materi yang hampir selalu ada dipelajaran Bahasa Indonesia. Nah, sama kayak aku waktu di kelas 11 semester 1, ketemu lagi sama materi yang satu ini. Jadi, Bu Guru minta aku dan temen-temen sekelas untuk bikin pantun sendiri. Emang sih ini kumpulan pantun udah lama kesimpen rapi di buku, makanya sekarang aku bagiin buat readers sekalian. Kali aja berguna buat tugas bikin pantun. Tapi kalo mau diambil, jangan lupa cantumin source atau nama pengarang pantunnya ya! :) Btw, ini pantun random banget temanya; ada yang nasihat, humor, dsb. Terus ada juga yang isinya agak aneh-aneh. Jadi pilih-pilih sendiri okey =D Pak Haji pergi ke Mekkah Sepulangnya membawa kurma Janganlah kamu lupa ibadah Siksa kubur itu ada (Naura Hafiza A) Naik kereta ke Kota Jogja Sampai di Jogja membeli benang Bukan kami mau berbangga Tetapi kami adalah pemenang (Harry Anugrah) Tanah serumpun tumbuh padi Ada kami sedang tepar Walaupun ini masih pagi Tapi kami sudah lapar (Din

Penghujung Malam

Mungkin sudah ratusan kali bola mataku melirik-lirik ponsel yang tergeletak disampingku. Semua notifications yang muncul tidak ada satupun dari dia. Entah kemana dia hari ini. Sebisa mungkin aku mencoba untuk berpikir positif. Memang akhir-akhir ini dia semakin sibuk dengan pekerjaannya, bahkan tak jarang dia pulang larut. Sekarang jam menunjukkan pukul 11 malam dan masih belum ada kabar darinya. Biasanya, jam berapapun ia pulang, ia masih sempat memberi kabar meskipun hanya sekedar pertanyaan basa-basi lalu pamit tidur karena ia sudah sangat lelah. Setidaknya ia selalu mengucapkan selamat malam untukku. Atau, walaupun ia tidak mengucapkan selamat malam karena ketiduran, masih saja ada sedikit kabar darinya. Tapi hari ini tidak ada sama sekali, bahkan pesan dariku pun hanya sempat dibaca dan tidak dibalas lagi. Sumpah, hari ini aku sangat merindukan dia….Nick. Menyerah, akhirnya kuambil ponselku dan membaca beberapa pesan. Sebagian pesan dari sahabat-sahabatku yang saat ini sedang

Drama: Rahasia Jatuhnya Pesawat Air Asin

Drama ini dibuat karena ada tugas Bahasa Indonesia tentang pementasan drama. Berhubung dikelas kami kayaknya drama percintaan udah begitu mainstream, jadi kami beralih kedrama yang agak sedikit 'weird'. Tapi drama ini beneran komedi, apalagi kalo udah dipentasin dan pemainnya bisa akting lebih gila. Hehe. But please don't take this drama too seriously karena bisa dibilang ceritanya emang gak masuk akal. ^^ Kelompok 1 : Ahmad Farhan                        : Brandon (Pilot) Ajeng Rizky Parawansa           : Riri Dio Try Wiranto                      : Rionaldo Dini Embun Sari                      : Nindy Naura Hafiza Ainayyah           : Naya (Pramugari) Weni Irma Suryani                  : Wenda Pada suatu hari, empat orang remaja pelajar SMA kelas 11 sedang berdiskusi mengenai tujuan liburan mereka tahun ini. Mereka adalah Riri, Rionaldo, Nindy dan Wenda. Karena masih sulit memutuskan tujuan liburan, akhirnya mereka mencoba untuk berdiskusi disebuah cafĂ©

The Boys

Lagi-lagi ponselku berdering. Kali ini dering nada blackberry messenger . Berhubung ponselku berada tepat disamping, segera saja kubuka. Aku tersenyum saat melihat sebuah pesan singkat dari temanku, Ezi. Hah, dia masih (lumayan) rajin mengirimiku pesan meski sekarang sudah punya pacar. Dia bertanya aku sedang apa, kubalas saja dengan jawaban seadanya. Kembali lagi aku memfokuskan diri dengan film yang saat ini sedang kutonton dari dvd portable . Sudah sebulanan ini aku cukup sibuk dengan kegiatan sekolah dan beberapa perlombaan. Sekarang semua sudah selesai dan kupikir aku butuh waktu untuk menghibur diri, sebuah film baru sepertinya cukup untuk saat ini. Ponselku berdering lagi, tapi itu pasti bukan Ezi karena kali ini yang terdengar adalah nada sms. Kubuka dengan malas, aku bukan tipe orang yang rajin ber-sms-ria kecuali dengan orangtua atau ‘orang-orang penting’ seperti guru atau siapalah, aku lebih sering menggunakan aplikasi messenger untuk berhubungan dengan teman-teman

"Light From Heaven"

I wrote this poem for English assignment. But of course, I really meant it.  Light From Heaven (by: Naura Hafiza Ainayyah) She always smiles every time she faces the troubles No matter what, no one can describe how strong she is She is like an angel who came for giving me happiness She is like a fairy who will give me presents on my special day No, she never come and go She always be here With me, with all of my faults She knocks me up 'till I believe that I can reach the sky She is my mom and I love her with all of my soul

English Drama : "What Happen in The Classroom?"

This is just a short drama that we made for our English assignment. The drama took place in classroom. There are five peoples : Indah as I Weni as W Dio as D Rafi as R Naura as N The script written by Naura and if you want to copy this drama, please don't forget to write down the source too. Thank you and enjoy! ^^ I   : (come into the class, sit down and thinking) W : “Hi Indah! What’s wrong?” I   : “I’m losing my physic’s book and I can’t do the homework. What should I do? I’m sure the teacher will angry and give me punishment. I’m feeling bad at this time being.” W : “Oh, I’m so sorry to hear that. By the way, you can borrow my book.” I   : “Thank you, but I don’t understand the lesson.” W : “Honestly, I want to show you the homework, but I’m not really understand the lesson, I think my answers aren't true.” D  : “Hi, girls! What’s up?” W : “Have you done your homework, Dio?” D  : “Oh my god! I forget! What homework?” I    : “You didn’t do

Hari Terakhir

(Written by: Nausagi) Hari itu tepat tanggal 3 November. Jujur saja, aku berharap hari itu tidak pernah ada karena hari itu adalah hari terakhirku bertemu dengan teman-teman baru dari Negara lain yang sudah terlanjur akrab. Hari itu hari terakhirku bertugas menjadi tour guide dan hari terakhir bagi mereka berada di Lubuklinggau. Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi dan aku sudah duduk di lobby Hotel Abadi sambil menunggu Yuk 1 Vira menuju kesini. Lewat group Humas Mountain Bike di blackberry messenger, aku mengetahui bahwa beberapa delegasi dari Negara lain sudah menuju Bengkulu, tepatnya menuju airport . Ada yang berangkat pukul 1 pagi, pukul 4 pagi, pukul 6 pagi juga. Tapi, delegasi yang sudah berangkat ke Bengkulu adalah yang stay di Hotel Smart, bukan di Hotel Abadi, tempatku biasa ‘bertugas’. Di Hotel Abadi hanya ada 4 delegasi; Indonesia, Iran, Jepang, dan Korea. Aku meng- handle delegasi Iran bersama Kak Hendra dan terkadang membantu Yuk Vira di delegasi Jepang. Seben

Nostalgia Sore

Hari ini udara terasa sangat sejuk dengan dedaunan kering yang menari-nari sebelum akhirnya jatuh ketanah. Tanpa disadari lelaki itu menarik bibirnya membentuk lengkungan senyum. Ia membetulkan letak kacamata yang membingkai sepasang bola mata hitamnya kemudian kembali berjalan menuju salah satu tempat favoritnya; lapangan basket. Dengan langkah lebar dan mantap, ia mendekati salah satu bangku kayu panjang dipinggir lapangan kemudian duduk disana. Ia bertopang dagu dengan telapak tangan terpaut, menikmati setiap bagian di sekolah lamanya ini sambil merasakan rindu yang amat dalam. Keadaan sekolahnya tidak jauh berbeda seperti beberapa belas tahun yang lalu, hanya  cat bangunan yang berbeda dan beberapa bagian gedung yang sudah diubah menjadi lebih modern. Tiba-tiba ponsel disaku celananya bergetar, ia mengambil ponsel tersebut dan menjawab panggilan telepon setelah membaca pemilik nomer dilayar. “Halo?” “Azzam! Sudah di sekolah kah kau sekarang?” Lelaki bernama Azzam i